Dipalak atau Musibah?

December 01, 2015

Jumat 27 November 2015, saya kebetulan dapat kerjaan untuk datang ke acara di Beranda Kitchen, seberang SMA Lab School. Secara saya tinggal di area Jakarta Utara dan jarang bermain di Kebayoran Baru, saya cukup terkejut dengan kapasitas parkir di Beranda Kitchen yang tidak memadai. Acara tersebut cukup ramai sehingga saya harus berputar-putar 15 menit untuk mendapatkan parkir sekitar jam 12 siang. Satpam di Beranda berkata "gak ada parkir, penuh. Ke depan aja"

Kemudian mampirlah saya di dekat warung, kanan dari restaurant tersebut, dan memarkir mobil saya di pinggir jalan tersebut bersama dengan belasan atau puluhan mobil lainnya. Karena jalanannya agak sedikit menanjak, maka saya memakai rem tangan agar mobil tidak jatuh menimpa mobil di bawahnya. Mungkin salah saya, karena mengira telat acara, maka saya tidak melihat kembali area tersebut dan langsung bergegas berjalan ke restaurant dengan sepatu heels pelan-pelan

Samping mobil saya yakni warung dan rumah makan, ramai orang di sana. Tidak ada petugas parkir sama sekali. Dan orang-orang di sana tidak melarang saya untuk parkir di sana. Maka masuklah saya ke acara dan pulang sekitar jam 2.30 lewat. Begitu mau masuk mobil, saya dihadang oleh petugas parkir dan dimaki-maki karena memarkir mobil saya sembarangan di depan rumah orang. Kemudian dia membawa saya untuk menemui pemilik rumah yang sedang menggendong anak

Mohon maaf tapi saya tidak tahu situasi ekonomi di area Lab School, dan pemilik rumahnya sendiri merupakan mas-mas biasa berusia 30-35 tahun yang sedang menggendong balita. Dia membentak saya dengan makian kasar dan berkata dia tidak bisa pergi kerja karena mobil menghadang [Jam 12 siang baru keluar kerja?]. Berulang kali saya meminta maaf dan tidak membantah, walaupun dia berkata kasar sekali seperti "punya otak gak sih?"dan lain sebagainya yang tidak pantas disebutkan disini

Semua salah saya dan saya terima. Apalagi karena menurut saya kalau orang marah, tidak pantas untuk dihadapi dengan marah lagi. Kemudian saya hanya meminta maaf dan berbalik sambil memberkati bapak itu. Bapak itu hanya bermuka masam dan berteriak "kamu tahu gak tadi kita mau derek mobil kamu!"

ME = "iya makasih ya pak tidak diderek, saya minta maaf sekali lagi"

HIM = "mobilnya hampir mau kita rusakin dan kita kempesein aja bannya!"

ME = "...."

HIM = "tadi akhirnya udah kita dorong paksa mobilnya dan kayaknya udah rusak, udah gak bisa jalan tuh mobil"

ME = "loh pak.. Kok bapak sembarangan sih rusakin mobil saya? Terus sekarang saya pulangnya gimana?"

HIM = "Urusan apa saya sama mobil kamu? Mau mobil kamu rusak mau apa kek, peduli apa saya sama kamu?"

ME = "Pak. Di sini saya salah, saya sudah minta maaf. Terus mau apa lagi, kenapa mobil saya harus dirusak? Kenapa tadi enggak dipanggil saja sama masnya, orang tahu kok lagi pada ada event di seberang. Kenapa harus didorong paksa? Kalau bapak mau bilang tidak perduli sama mobil saya, saya juga bisa bilang loh kalau saya bisa saja tidak perduli sama rumah bapak. Tapi saya masih minta maaf"

HIM = "Salah sendiri kamu parkir sembarangan!"

ME = "Tadi pas saya parkir, tidak ada yang melarang tidak boleh parkir disini, dan semua mobil parkir di jalanan sini. Tukang parkirnya aja enggak ada"

TUKANG PARKIR = "Saya tadi sholat jumat! Lagian mikir juga kali parkir gak boleh disini!!"

ME =  "Loh pak, tapi tadi orang ramai loh di depan warung, gak ada yang bilang gak boleh. Sekarang dipermasalahkan. Ya sudah anggap salah saya saja. Permisi"



Kemudian saya masuk mobil, menyalakan mesin, dan menelpon orang tua saya. Ayah saya berkata coba dijalankan dulu mobilnya. Ketika dibawa jalan, ternyata dari belakang ada bunyi mobil grek grek grek yang kencang. Langsung petugas parkir bilang, mundur aja dulu

Lalu saya mundur, sambil menelpon dan kemudian ayah saya sudah setuju untuk menjemput saya kembali di areah K.H.Ahmad Dahlan tersebut. Tiba tiba petugas parkir mengetuk pintu dan bertanya "Mbak, belakangnya rusak. Per nya keluar, gak mau dibenerin di sini aja? Bengkel mahal loh"

Berpikir secara positif bahwa daripada merepotkan ayah untuk datang jauh-jauh dari utara ke selatan, akhirnya saya bertanya "bisa pak? Kalau bisa tolong dibantu"


Akhirnya tiba tiba ada gerombolan pria yang dari tadi ada di sekitar lokasi, menawarkan diri untuk menolong mengurus mobil sambil menjelaskan kerusakan yang terjadi di mobil. Yakni bannya rusak, per nya keluar, dan banyak hal lainnya. Saya sama sekali tidak paham mobil dan hanya bisa mengangguk-angguk sambil melihat mereka mengeluarkan alat dongkrak dan lain sebagainya. Sayang sekali di dompet hanya ada sekitar 50 ribu dan karena ada sekitar 6-7 orang yang berada di sekitar situ, masih berpikirlah saya bahwa tidak pantas 50ribu segitu karena sudah bagus ditolong

Akhirnya saya menelpon teman saya, Rini, yang kebetulan masih ada di restaurant untuk meminjam uangnya sejumlah Rp 100.000. Dalam waktu kurang dari 20 menit, mobil saya sudah diganti bannya dengan ban serep saya, dan semua sudah normal kembali. Saya mengucapkan terima kasih sambil memberikan uang rokok tersebut. Kemudian salah satu masnya berkata "Mbak, kurang 200ribu lagi"


Langsung muka shock kami keluar dan berujar "HAH?"

Jujur saya tidak pernah mengerti soal seperti ini, tidak tahu harga bengkel, tidak tahu harga ban, tidak tahu sebenarnya kerusakan apa yang terjadi, dan lain lain. Tapi harga 300ribu terkesan tidak masuk akal dimana tadi ibu saya berkata berikan 20-50 ribu saja

Saya menunjukkan dompet saya dan menunjukkan "pak, saya udah gak ada uang. Ini kalau mau 20ribu lagi silahkan. Bapak gak liat tadi aja saya minjem uang temen saya?

Kemudian saya memberikan 20ribu dan bergegas masuk mobil bersama Rini. Ketika beranjak, saya memberikan uang parkir 5 ribu dan disambut oleh petugas parkirnya yang dari tadi memarahi saya "kurang mbak.. Kan tadi sudah dibantu, bagi bagi rezeki lah sama orang sekitar sini"


"Pak. saya sisa 20 ribu loh, ini untuk tol. Gimana caranya? Tadi kan udah dikasih"


Dengan muka masam ia membiarkan saya pergi, dan saya masih berucap 'makasih'


Setelah kejadian tersebut, Rini berkata kalau "Stel, kamu enggak lihat kalau tadi itu semua muka abang-abangnya preman semua? Gak sadar ya kalau mereka itu niatnya enggak baik?"



Karena masih dalam kebingungan, ada seorang teman yang kebetulan sedang membalas LINE saat itu dan teman tersebut bekerja di perusahaan otomotif. Langsung saya menelpon dia dan menjelaskan hal yang terjadi. Kalimat yang langsung membuat saya tertawa miris adalah "Lu mobilnya dirusakin mereka, mereka bantu benerin, lu kasih duit 120 ribu malah minta lebih, terus lu masih bilang makasih? Yang ada harusnya lu marah kali masa mobil di rusakkin!"

Saat itu baru sadar bahwa harusnya respon yang orang normal lakukan adalah marah bukannya bersyukur dibantu lol





Malamnya saya berkumpul bersama beberapa teman lain dan ada teman lelaki yang kebetulan cukup mengerti dengan kondisi mobil. Dia berkata tampaknya saya sudah diincar dari awal sebab saya datang ke acara dengan rok mini, high heels, rambut pirang, dan tas branded. Apalagi cewek sendiri dan tampaknya masih muda dan polos soal mobil. 

Masalah per, katanya itu enggak mungkin banget kalau per nya itu bisa rusak karena mobil didorong. Kalau mobil di rem tangan, mau mobil di dorong bagaimanapun juga, gak bakalan bisa rusak kecuali di derek. Dia pernah mencoba dorong mobil dengan 4 lelaki berbadan kekar, mobilnya tidak bisa bergerak. Apalagi ini masa mobil bisa rusak, dan per keluar. Dimana seharusnya per itu hanya bisa dibongkar oleh orang bengkel dan diperbaikinya itu susah sekali tidak mungkin 20 menitan. Per tersebut harus dibetulkan dengan cara diangkat mobilnya dan tidak mungkin bisa dengan cuman di dongkrak mobilnya sebelah saja

"Kamu cek gak itu per pas dibenerin lagi? Kayaknya per yang di unjukin ke kamu yang rusak, itu per mereka. Udah disiapin"

"...."



Beberapa point penting yang menjadi pencerahan akibat kejadian tersebut berdasarkan teman saya yang mengerti soal otomotif ini adalah
  • Menawarkan diri bisa membenarkan ban tersebut di sana, dan tiba tiba ada segerombolan orang yang mau membantu mengganti ban dan siap dengan alat dongkrak dan segala macam, itu merupakan pertanyaan
  • Kerusakan mobil tampaknya adalah ban yang dikempeskan sehingga kalau dibawa jalan akan mengeluarkan suara bunyi yang keras. Jadi tidak benar bila karena mobil di dorong maka mobil rusak dan per keluar. Kemungkinan, per nya juga memang sudah disiapkan
  • Apa benar yang memaki saya tersebut orang rumahnya? Karena mohon maaf saja tapi itu area pinggir jalan dan penampilan orang tersebut tidak mendukung seperti yang empunya rumah
  • Kalau memang tidak boleh parkir, harusnya dari awal saya dipanggil oleh orang-orang tersebut atau dicari ke dalam restaurant. Tampaknya memang saya dibiarkan untuk salah
  • Sebagaimanapun saya menghalangi rumah orang, pada hakikat dan hukumnya tidak boleh bila orang manapun dengan alasan apapun untuk merusak properti milik orang lain. Ada tindakan pidananya dan seharusnya malah orang tersebut yang harus membayar biaya kerusakan kepada saya

Menghadapi persoalan ini, saya jadi cukup sedikit trauma untuk menyetir ke area yang cukup terpencil. Selama ini saya hanya pergi ke area-area aman seperti Plaza Senayan, Pacific Place, Senopati, PIK, dan lain lain, sehingga membuat saya lupa bahwa Jakarta masih banyak kejadian yang berbahaya


Saran dari beberapa teman lelaki saya adalah, lain kali jangan meminta tolong kepada orang yang tidak dikenal. Apalagi gerombolan lelaki. Lebih baik tunggu di dalam mobil dan menelfon teman lelaki atau siapapun yang mengerti untuk datang dan mengurus permasalahan

Menurut mereka, hal ini tidak akan seperti ini bila yang menyetir tadi adalah lelaki. Kalau lelaki, yang ada malah pada berantem karena gak cengli untuk ngerusakin mobil orang sembarangan

Malah ada satu teman saya yang berkata "ya ampun, masa 100ribuan. Ganti ban kan gampang. Tadi lo telpon gua aja terus gw ajarin cara gantinya, 15 menit juga kelar"

"DUDE, gw pake heels sama rok mini terus gw dongkrak ban di tepi jalan? LOL"




Apakah ada yang pernah mengalami hal yang sama atau bisa memberikan respon dan jawaban atau masukan mengenai kasus ini?
Saya tidak mengerti apakah ini benar dipalak dan direncanakan, atau memang musibah saja. Tapi satu hal yang pasti

Hal ini sudah berlalu bagi saya, tapi semoga dapat menjadi pelajaran bagi teman teman semua
No pic = hoax, gapapa. Toh kemarin karena panik saya tidak mengambil foto kejadian tersebut karena saya takut nanti begitu keluarin handphone, malah yang ada diapain mas-masnya -.-


P.S = Mobil saya sudah diurus di bengkel oleh papa saya, belum dapat info so far kenapa dan mengapa


See you guys on my next post!

You Might Also Like

0 comments